Main Cast:
Marc Marquez
Ota Aika as Kichida Caroline
Dani Pedrosa
Manami Oku as Kichida Almaira
Support Cast:
Joege Lorenzo
Alvaro Bautista
Pol Espargaro
Genre:
Romance, Friendship, Family, Comedy, apa aja dah campur-campur^^ muehehehe
Author:
Siti Azhara
Disclaimer:
ini cerita no co-pas dan no bashing. so, enjoy aja =D maaf kalo agak gak nyambung atau kurang menarik, comment aja. Author masih banyak banget kekurangan buat bikin ff. contohnya typo:p semua murni hasil muter otaknya author^^v jangan lupa kritik dan saran =))
Hope You Like It =)
~HAPPY READING~
“hari ini kita test bab yang sudah kita
pelajari sebelumnya ya.”
Serentak kelas menjadi agak kisruh karena test dadakan
hari ini. Begitupun Marc.
“aduh,gimana nih?ah,gue pasti gak bisa jawab kalo
belum belajar gini.” Gumam Marc pelan.
“marc, it’s all about mindset. Kamu
harus punya mindset yang positif supaya hasilnya juga positif. Kamu pasti
bisa.” Aline berusaha meyakinkan Marc.
“tapi aku belum belajar sama sekali
loh.” Marc masih ragu akan kemampuannya.
“kita udah pernah bahas materinya kok.
Anggap lah ini race penentu kemenanganmu. Ingat!!MINDSET!!” ujar Aline terus
memberi semangat.
Test pun dimulai. 5 soal uraian yang memang terbilang sulit. Mr.Santo
adalah dosen yang terkenal selalu ketiduran saat mengawas test.
“nah loh,udah
tidur aja dia. Nyontek gak ya. Percuma,nanya sama aline juga gak bakalan nengok
dia mah.” Tiba-tiba Aline menoleh ke arah Marc.
“marc bisa kan?marc pasti bisa
dong?” Tanya Aline tersenyum manis. Marc tidak bisa berkata-kata karena melihat
senyuman Aline.
“i…iyaa..aku bisa kok al.” jawab Marc lirih tidak yakin.
Marc
menundukkan kepala seraya berdo’a. “ya tuhan,bantu lah aku.” Dari 5 soal
uraian, belum satu pun yang dijawab Marc.
“marc,marc.”
Panggil Aline pelan.
“aline,
kenapa?” Tanya Marc.
“ini,
jawaban nomer 2 dan 4. Aku tau ini sulit. Tapi,sisanya kau kerjakan sendiri
ya.” Aline memberikan secarik kertas kepada Marc.
Marc tidak menyangka kalau Aline akan
memberikan jawaban. “ini gak kayak biasanya. Aline benar-benar baik ya.” Ujar
Marc dalam hati.
“makasih alcan.” Aline hanya tersenyum kecil dan kembali
mengerjakan soal.
*RRIIINNNNNGGGGGG…..*
Bel berbunyi dan Marc panik. Baru dua soal
yang dikerjakan itu pun jawaban dari Aline.
“alcan,aku banyak yang belum nih
aku liat dong.” Marc memohon pada Aline dengan wajah memelas.
“hah,itu kan
urusan mu,bukan urusan ku.” Aline langsung mengumpulkan lembar jawaban ke meja
dosen.
“huh,kadang-kadang dia menyebalkan sekali.yaudahlah ya kumpulin aja.
Udah mentok gak bisa mikir lagi ini.” Marc maju ke depan dan mengumpulkan
lembar jawaban.
“bagaimana
marc, sukses gak test nya?” Tanya Pol Espargaro.
“sukses apanya? Kacau banget.
Cuman 2 soal doang yang di isi.” Jawab Marc kesal.
“dan jangan bilang itu
jawabannya aline?” Tanya Pol kembali meledek sambil menahan tawa.
“ah sial,udah
deh gak usah di bahas. Lu sendiri juga ngebet kan?” Tanya Marc sambil membalas
ejekan Pol.
“iya yang penting ke jawab lah ya.” Jawab Pol enteng. Marc pergi
dan menghampiri Aline.
“alcan,
sinis banget. Aku kan Cuma nanya. Kamu malah kabur ke depan duluan.” Ujar Marc
“ya
terus? Kamu nanya jawabankan? Jawab sendiri lah.” Jawab Aline enteng.
“ya
ampun aline,aku pacar kamu tau.”
“BUKAN
URUSAN AKU!! Jangan bawa-bawa pacaran sama kuliah ya. BEDAIN!”
Marc terdiam.
“iya aline maaf deh ya.”
Marc langsung pergi meninggalkan Aline.
“nah kan. Ngambek lagi tuh pasti.
Biarin lah nanti juga membaik.” Ujar Aline dalam benaknya. Marc berjalan menuju
taman di sebelah kampus nya.
*KKRRRRIIIINNNNGGGGGG……*
Handphone
Marc berdering. “doh, siapa ini gak ada namanya di kontak.” Marc membiarkan
handphone nya terus bergetar. Kemudian Marc duduk di bangku putih tepat di
pinggir taman.
*KKRRRRIIIINNNNGGGGG…..*
karena kesal, Marc terpaksa menerima
panggilan yang tidak dikenal nya itu.
“hola,hola!
Ini siapa?”
“segitu lupa nya. Sampai-sampai teman satu
team saja lupa.”
*tiba-tiba
hening* “ohhhhhh,daniiiiii…..oalaahhh…¿Cómo estás?”
“bien,gracias. Y usted?”
“bien.
Daniiii….pengen banget cerita sama lu
tau gak.”
“iya sabar. Tenang aja sih. Bulan depan kan kita ketemu.”
“iya,iya tumben
nelfon? Kenapa?”
“gak apa-apa. Nge-test aja. Ini nomer baru gue. Dan ternyata lu belum
ganti nomer. Yaudah ya marc. Gue ada janji.”
*tuuuuuutttttuuuuuttttuuuuttttt*
Tiba-tiba telfon terputus. “gak salah lagi. Dia bukannya ada janji. Tapi,
pulsa nya abis tuh.” Jawab Marc kesal. Marc kembali berjalan menuju kelas. Kali
ini ia ingin minta maaf karena sikap nya tadi pada Aline. Suasana kelas sangat
sepi. Terlihat Aline sedang duduk di kursi dan Marc berusaha mendekat.
“aline,aku minta maaf ya. Aku tau aku salah karena aku gak mau usaha buat ngisi
jawaban tadi.” Marc merasa sangat menyesal karena langsung meninggalkan Aline
begitu saja.
“iya marc. Aku senang sikap mu
sangat dewasa.” Jawab Aline menatap Marc.
“sikap ku sangat
dewasa? Bukannya kau selalu bilang sikap ku masih keanak-anakan?” Tanya marc
heran.
“kau sudah sedikit berubah. Untuk mengakui kesalahan mu, kurasa itu
sikap yang cukup dewasa. Karena gak banyak orang yang mau ngakuin
kesalahannya.” Jawab Aline tersenyum. Marc langsung menggenggam tangan Aline.
“aku
tau. Kalo kamu cinta sama aku.” Ujar Marc senang.
“ye? Tau dari mana? Sok
banget tau sih.” Jawab Aline bercanda.
“oh, gitu? Oke. Jadi kamu gak cinta sama
aku?” Tanya Marc sambil buang muka.
“ahahaha, ngga Marc. Aku bercanda doang.
Aku cinta banget sama kamu. Kalo aku gak cinta sama kamu, kita gak akan kayak
gini.” Jawab Aline tertawa geli. Marc langsung memeluk Aline.
Tiba-tiba ada
seseorang yang masuk dan “ekheemm.” Jorge sudah berada di depan pintu kelas.
“ngapain
lu disini?” Tanya Marc menghampiri Jorge.
“oke, maaf gue ganggu kalian pacaran
disini.” Jawab Jorge
“maksud lu apa?” Tanya Marc sinis.
“ehm, gue cuma pengen
tau kelas nya doni. Gue kira kelasnya itu disini.” Jawab Jorge menatap ke arah
Aline.
“ngapain lu ngeliatin cewe gue? Kelas nya doni bukan disini. Ini kelas
akutansi 1. Doni itu anak tehnik mesin. Lagi pula dia itu di gedung sebelah.”
Jawab Marc emosi.
“oh gitu. Ya udahlah ya.” Jorge langsung meninggalkan Marc.
“gak jelas banget itu orang.” Ujar Aline terpancing emosi. Marc hanya diam. Di benaknya
bertanya-tanya.
“ada yang gak beres sama Jorge. Gak jelas banget. Dateng-dateng
kesini nanya kelasnya doni. Padahal dia kan teman dekatnya. Gak mungkin kalo
dia gak tau. Atau jangan-jangan…”
pikirannya terputus setelah mendapat tepukan
dari tangan Aline. “marc,kok bengong?” Tanya Aline memecah suasana sunyi di
dalam ruangan.
“ehm, gak kok. Aku
tiba-tiba kepikiran race bulan depan.” Jawab Marc gelagapan.
“oh gitu, santai
aja. Ada yang mau aku omongin sebenarnya.” Ujar Aline terlihat begitu serius.
“a…apa???” Tanya
Marc gugup (“wajah aline gak pernah seserius ini sebelumnya.”) benak Marc.
“kemungkinan kalo
kamu lanjutin race bulan depan dan seterusnya, berarti kamu gak akan lanjutin
studi kamu di Indonesia kan?”
“mungkin. Aku juga
masih bingung. Ada apa?”
“a..ak..akuuu..akuu…”
Aline terbata-bata.
“ada apa?” Tanya
Marc yang semakin penasaran.
“aku akan ikut
bersamamu.” Jawab Aline sambil menundukkan kepalanya.
“are you serious?
Kamu ikut aku ke Spanyol? Terus gimana sama studi kamu disini?” Marc yang heran
langsung melemparkan beberapa pertanyaan untuk Aline.
“kamu tau kan. Kak
alma,paman vale, dan bibi pat masih stay di spanyol. Nah, aku di suruh bibi pat
untuk balik ke spanyol lagi. Dan kemungkinan aku bakal lanjutin studi aku
disana aja.” Jawab Aline menatap tajam ke arah mata Marc.
“so, kalo aku
berangkat bulan depan,kamu juga ikut berangkat bareng aku?”
“mungkin iya. Tapi
aku harus dengar kabar dari paman vale dulu.”
“yeesssss……yeeeesssss…..yeeeesssssss………..” Marc lompat-lompat kegirangan
dan Aline tersenyum senang.
~~~~~~~~~~
Madrid.
Siang yang cukup
terik. Gadis dengan mini dress warna shock pink dan high heels putihnya ini
sedang berjalan mengintari kota. “jangan bilang dia lupa sama janjinya lagi.”
Alma menggerutu karena sedang menunggu seseorang. Kemudian ia segera mencari
tempat untuk duduk dan berteduh. “kau dimana?” Tanya Alma dalam benaknya karena
orang yang di tunggu tidak kunjung datang. Alma berusaha menelfon, tapi tidak
di angkat.
“hai.” Panggil seseorang yang menepuk pundaknya.
“ka…ka…kamuu??”
Alma kaget dan langsung berdiri saat membalikkan badannya ke balik kursi yang
ia duduki.
“iya. Kita udah lama gak ketemu kan? Kira-kira udah berapa lama ya?”
Tanya Alvaro yang langsung duduk disebelah Alma.
Alvaro sudah lama tidak
bertemu dengan Alma. Sejak mereka putus, Alma sudah tidak pernah lagi
berhubungan atau bahkan berkomunikasi dengan nya.
“sedang menunggu seseorang?
Siapa? Sepertinya dari tadi kau sendirian saja?” Tanya Alvaro yang menatap
dengan mata biru nya.
“uhm,i..iya..iya…
menuggu…yaa…menunggu.” Jawab Alma terbata-bata karena canggung.
Kemudian datang
lah seseorang yang sudah dari tadi Alma tunggu. Alma langsung berdiri dan menghampiri
nya.
“heh,bagus ya! Kau suruh aku menunggu 2 jam disini. Kau pikir mudah
menunggu 2 jam dengan keadaan terik seperti ini?” Omelan Alma yang kesal karena
lagi-lagi Dani tidak menepati janjinya.
“ayo masuk mobil dan aku akan jelasin
semuanya.” Dani menggandeng tangan Alma dan menjauh dari Alvaro.
“gue di
tinggal sendiri gitu? Tega nya.” Ujar Alvaro sendirian. Kemudian ia pergi.
Dani membukakan
pintu mobilnya dan Alma langsung masuk. Sekarang Alma dan Dani sudah berada di
dalam mobil.
“alma,aku minta maaf banget. Tadi itu tiba-tiba aku di telfon sama
manager aku dan ternyata aku harus ikut turun tangan dalam pemilihan mesin
untuk race bulan depan.” Dani berusaha menjelaskan semua kejadian.
“oke, orang
sibuk. Aku kasih tau ya, lain kali kalo misalkan gak bisa bilang ya. Kalo gak
bisa dateng tepat waktu bilang. Handphone mu aja gak aktif.” Ujar Alma ketus.
“iya aku tau, tadinya aku udah mau kasih tau kamu. Tapi ternyata handphone ku
lowbat. Ini kalo kamu gak percaya.” Menunjukkan handphone nya.
“intinya kalo
gak bisa buktiin, gak perlu bikin janji! Kamu gak tau kan? Aku mati-matian
supaya dapet izin keluar dari paman vale dan bibi pat.” jawab Alma kesal.
“kau
masih kesal? Iya,aku minta maaf banget. Aku gak akan ngulangin kejadian yang
sama kayak gini.” Alma hanya mengangguk mendengar ucapan Dani tadi. Dani
langsung mengendarai mobilnya menuju restaurant kesukaan Alma. Keadaan jalanan
yang macet membuat Dani dan Alma harus menunggu di mobil dengan sabar.
“hey,kamu masih
marah?” Tanya Dani pelan.
“aku Cuma masih
kesel aja. Kita udah bersahabat lama dan aku tau banget sama sikap kamu. Dulu
kamu gak pernah setelat ini kalo kita mau kemana-mana. Dulu kamu selalu tepat
waktu.” Jawab Alma lirih.
“iya, dulu sama
sekarang itu beda kan. Dulu karna kita masih anak-anak. Jadi, kemana-mana pun
masih gampang. Kalo sekarang? Aku sibuk sama race dan kamu juga sibuk sama
dunia entertain.”
Percakapan Dani dan Alma akhirnya memecah suasana hening di
mobil. Akhirnya Dani dan Alma kembali ngobrol seperti biasa.
To be continue......
To be continue......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar