Sabtu, 23 November 2013

MotoGP Fanfictions (4th) Be More Beautiful: Anything For You



Main Cast:

Dani Pedrosa

Kichida Almaira

Kichida Caroline

Marc Marquez

Support Cast:

Bibi Patricia

Genre:

Romance, Friendship, Family, Kocak, apa aja deh yaa ^^

Author:

Siti Azhara

Disclaimer:

cerita ini no co-pas dan no bashing... so, enjoy aja =D maaf ya kalo ceritanya makin gak nyambung... Author gak jago2 amat bikin FF =) jadi masih butuh banyak saran... maaf ya kalo ada yang typo ^^
Hope You Like It ^^

~Happy Reading~


“ayo turun.” Ajak Dani. Butuh waktu cukup lama hingga akhirnya sampai di Restaurant kesukaan Alma. Dani dan Alma turun dari mobil dan langsung masuk kedalam restaurant. 

“hah, penuh. Pasti gara-gara kesorean makanya jadi rame.” Ujar Alma sambil melihat-lihat meja mana yang masih kosong. 

“hmm,iya kesorean. Ini semua gara-gara aku kan?” Tanya Dani yang tidak berani menatap Alma. 

“hmm, udahlah. Gak semuanya salah kamu kok.” Jawab Alma yang masih sibuk mencari meja kosong. 

“itu.” Dani menunjuk ke arah meja kosong di kanan baris ke dua dari depan. 

“nah,ayo.” Alma menggandeng tangan Dani dan berlari kecil menuju meja kosong itu. Dani sedikit bingung dengan Alma yang langsung meraih tangan nya. 

“akhirnya kita duduk juga. Gracias dani.” Alma tersenyum manis pada Dani. Tetap dengan gaya nya yang stay cool, Dani mengambil daftar menu yang ada di atas meja nya. 

(“aku senang liat senyum itu lagi. Udah lama dan baru sekarang aku liat gadis yang selama ini aku sayangi tersenyum lagi.”) benak Dani. 

“kau pesan apa?” Tanya Dani 

“kau sendiri pesan apa?” Alma berbalik Tanya.

 “uhm, ice choco cream dan pasta mungkin. Kalau kamu?” Tanya Dani. 

“sama dengan mu.” Jawab Alma singkat.

            Dani langsung memanggil pelayan dan menyampaikan pesanannya. Tidak ada obrolan antara Alma dan Dani.

“alma.” Panggil Dani.
 
            “iya?” sahut Alma.

            “kamu gak berubah ya?” Tanya Dani memulai percakapan.

            “gak berubah? Emang? Maksudnya apa sih?” Tanya Alma bingung.

            “sikap kamu. Wajah kamu juga gak berubah. Masih cantik kayak dulu.” Jawab Dani.

            “astaga. Aku kira apa. Dani juga gak berubah kok. Masih sering telat kalo nepatin janji.” Sambung Alma dengan nada bercanda.

            “oh gitu.” jawab Dani singkat.

            “engga lah. Dani masih tetep ganteng, imut. Dan gaya nya itu loh. Masih stay cool.” Ujar Alma tersenyum. Dani hanya berbalas senyuman manis. Bingung untuk memulai percakapan. Mungkin, karena sudah lama Alma dan Dani tidak bertemu. Bayangkan saja,terakhir kali mereka bertemu saat mereka lulus dari Senior High School. Yap, Alma dan Dani pernah satu Senior High School di salah satu sekolah yang cukup terkenal akan siswa-siswi nya yang keren dan sekolah ini terbilang cukup berkelas.

            “dani bulan depan race kan?” Tanya Alma memecah kesunyian antara Alma dan Dani. Pertanyaan gadis Pakistan-Jepang itu sontak membuat Dani bertanya-tanya dalam benaknya. 

(“dari mana dia tau? Apa dia selalu memperhatikan ku? Ah, tidak juga. Mungkin hanya perasaan ku.”)

“hey,kok malah diam? Aku tadi nanya kan?” Tanya Alma menatap tajam ke arah Dani.

“oh iya..iya… kau tau darimana?” Tanya Dani heran.

“tidak penting aku tau darimana. Yang jelas…. Keep fight dani.” Jawab Alma dengan kata-kata yang menurutnya akan menjadi support untuk Dani.

“oh iya… muchas gracias Alma.” Kata Dani tersenyum senang. Tak lama menu yang di pesan sudah siap diantar pelayan. Dani langsung melahap makanan di atas meja nya, tapi tidak dengan Alma. Ia hanya melihat makanan yang sedari tadi ada di hadapannya. 

“kok gak dimakan alma? Kenapa?” Tanya Dani bingung. 

“hmm, sebenarnya aku tidak lapar.” Jawab Alma pelan. 

“tapi kau udah pesan makanan nya jadi mau tidak mau kau harus memakannya.” Kata Dani membujuk Alma. 

            Alma hanya terdiam. Dani juga ikut bingung, apa yang harus dibicarakan pada Alma. Mungkin karena mereka berdua sudah lama tidak bertemu. Alma hanya bisa menatap Dani tanpa sepatah kata pun. 

“baik lah. Aku akan memakannya.” Ujar Alma pelan. Walaupun Alma berjanji ingin memakannya, tapi Alma hanya mengacak-acak pasta yang sudah ia pesan. 

“katanya mau dimakan. Kok malah Cuma di acak-acak aja?” Tanya Dani yang semakin penasaran dengan sikap Alma. Dari kecil Alma memang terkenal agak pendiam dan pemalu. 

“hmm, iya ini aku makan.” Alma berusaha untuk menyuapkan sesendok pasta ke dalam mulutnya. Satu suapan sudah ia makan. Kemudian Alma kembali terdiam. 


~~~~~
 
Nusa Dua, Bali.


            Setelah jam kuliah selesai, Marc mengantar Aline pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah. 

“aku masuk ya lin.” Kata Marc yang mencoba masuk kedalam rumah sederhana tempat Aline tinggal. 

“hus, jangan kamu mau apa? Di luar aja. Kamu tau kan aku tinggal di rumah ini sendirian? Kalo kamu masuk ke rumah aku, apa kata tetangga nanti. Aku bisa di cap jadi cewek gak bener.” Ujar Aline panjang lebar. 

“uhh, cerewet. Tenang aja sih. Aku Cuma mau pinjem kamar mandi. Aku kebelet ini.” Kata Marc sambil menghentak-hentakkan kakinya karena sudah tidak tahan. 

“oh iya iya maaf. Tapi janji ya, Cuma minjem kamar mandi doang. Abis itu kamu langsung keluar lagi.” Kata Aline. Tanpa jawaban lagi, Marc langsung berlari kedalam kamar mandi. 

            Beberapa menit kemudian. “hah, leganya.” Kata Marc yang sepertinya sudah melepas beban yang dari tadi ia rasakan. 

“marc, maaf ya. Aku tadi gak tau kalo kamu…” omongan Aline terpotong oleh Marc. 

“ah, iya. Tenang aja aku ngerti kok my queen bee.” Ujar Marc menepuk pundak Aline. 

“hah? Queen bee? Kamu pikir lebah? Aku manusia tau.” Kata Aline sambil bertolak pinggang. 

“aduh, mau romantis dikit aja gak boleh. Oke deh aku gak bakal manggil kamu yang macem-macem lagi my queen heart.” Sahut Marc tersenyum nakal pada Aline. 

“huh, kamuuuuu….” Teriak Aline sambil menepuk-nepuk pipi Marc. 

“ih kok kamu pukul-pukulin pipi aku?” Tanya Marc heran. 

“abis aku mau cubit pipi kamu gak bisa. Kamu kan gak punya pipi.” Jawab Aline dengan nada bercanda. Kemudian Marc langsung mencubit pipi Aline yang chubby. 

“aaaaahhhhhh……” teriak Aline kesakitan.

            “marc, kira-kira dong. Sakit tau. Gak sayang banget ya sama pacar sendiri?” Tanya Aline kesal.

            “makanya punya pipi tuh jangan over chubby nya. Kan jadi gemes. Dasar pipi tomat!” ujar Marc meledek.

            “eh, bagus aku imut. Daripada kamu, pipi datar.” Balas Aline meledek sambil menjulurkan lidahnya. Dan tiba-tiba Marc menyambar kening Aline dan menciumnya. 

“aku pulang dulu ya.” Kata Marc yang menuju ke arah mobil sambil melambaikan tangannya.
  
“ahh, marc apa-apaan sih?” Aline sedikit kesal karena ulah Marc yang mencium keningnya tadi. Tapi, apa boleh buat. Marc yang melakukannya dan Aline tidak bisa marah karena Marc adalah pacarnya.  Aline langsung masuk kedalam kamar dan merebahkan badannya di spring bed yang cukup empuk dan nyaman. Aline memejamkan matanya sejenak mencoba untuk tertidur.

*phone ringing*

            “halo!”

            Aline!” sahut suara yang ada di handphone Aline. Dan Aline seperti mengenali suaranya.

            “bibi paaaatttttt.” Jawab Aline dengan nada gembira.

            aline lagi ngapain? Bibi kangen banget sama aline.” Ujar suara di seberang sana.

            “huuaaaahhhh, aline juga kangen parah sama bibi. Aline baru pulang kuliah. Ada apa bi? Tumben bibi telfon aline?” Tanya Aline

            oh, bibi mau omongin lagi soal studi kamu. Kamu jadi kan pindah ke spanyol? Semuanya tergantung dari kamu?” bibi Pat berbalas tanya.

            “iya, aku mau pindah ke Spanyol bibi. Lagipula aline udah kangen banget sama paman dan kak alma.” Jawab Aline.

            iya sudah kalau gitu mulai bulan depan kau harus sudah tiba di Spanyol ya. Karena pendaftaran mahasiswa baru sudah dibuka.” Ujar bibi Pat. 

            “bulan depan? Oke, kebetulan. Ah, ya sudah bi aku lelah sekali. Pengen tiduran sebentar aja. Ya?” 

            oh iya. Maaf kalau bibi mengganggu ya. Ya udah selamat istirahat aline.” 

*tuuttttuuuuuttttuuutttt*

            Telefon terputus dan Aline kembali berusaha memejamkan matanya. 


~~~~~


            Pasta di piring Alma sudah agak berkurang. 

“alma.” Panggil dani. Alma hanya terdiam sambil tangannya masih mengacak-acak pasta di piringnya. 

“alma, heh cewe. Kok malah melamun?” Tanya Dani melambaikan tangannya di depan wajah Alma. 

“eh ehm iya, a…ada apa?” Tanya Aline terbata-bata. 

“hmm,kamu kenapa sih? Ada masalah gitu? Kok dari tadi kamu diam aja?” Tanya Dani yang semakin bingung dengan sikap Alma.

 (“alma dulu gak pernah kayak gini. Dulu kalo alma udah ngumpul bareng temen-temen dia kan yang paling cerewet.”) Kata Dani dalam benaknya. 

“aku gak apa-apa kok.” Jawab Alma pelan. 

“oh, abis kamu aku tanya diam aja. Kamu masih marah sama aku? Atau karena tadi ketemu sama alvaro?” Tanya Dani lagi. Dani tau kalau Alvaro adalah mantannya Alma. Mereka pernah berpacaran selama hampir setahun. Dan kemudian putus karena diantara Alma dan Alvaro tidak pernah ada kabar. 

“ah, apaan sih. Aku udah gak marah kok. Masalah alvaro….. ya, dia masa lalu kan? Udahlah yang itu gak usah di bahas.” Jawab Aline dengan wajah memerah.
 
            Akhirnya Dani dan Alma saling tertawa. 

“ahahahaha… kamu lucu ma.” Kata Dani yang benar-benar senang saat melihat tawa gadis yang selama ini dia cintai. 

“hah? Aku? Lucu? Lucu apanya sih?ahahahaha.” Tanya Alma sambil tertawa geli dengan perasaan campur aduk. Akhirnya Dani berhasil memecah kesunyian diantara mereka. 

“muka kamu tuh lucu banget. Bikin pengen ketawa mulu tau.” Jawab Dani apa adanya. Siapa yang gak akan tertawa kalau melihat wajah Alma sedang bengong. Sebenarnya daritadi Dani ingin ketawa melihat wajah kocak Alma kalau lagi bengong. Mukanya yang imut tapi kocak. Tapi Dani tetap menjaga sikap karena ini baru pertama kalinya dia bertemu Alma lagi. Tidak mungkin Dani tertawa di depan Alma tanpa alasan yang jelas. 

“apa? Pasti mau ngatain komuk ya? Iya,terus aja bilang aku komuk. Dari dulu selalu begitu.” Kata Alma dengan wajah sok galak. 

“ih, iya sih kan emang kenyataan. Makanya jangan kebanyakan bengong. Nanti komuk nya gak ilang-ilang. Jangan marah ya.” Kata Dani yang masih tertawa geli.

            “huh, dasar cowo sok cool. Aku gak marah tapi kesel.” Ujarnya kesal sambil memajukan bibirnya. 

To be continue.......

Rabu, 06 November 2013

MotoGP Fanfictions (3rd) Be More Beautiful: You're My Everything


Main Cast:

Marc Marquez

Ota Aika as Kichida Caroline

Dani Pedrosa

Manami Oku as Kichida Almaira

Support Cast:

Joege Lorenzo

Alvaro Bautista

Pol Espargaro

 Genre:

Romance, Friendship, Family, Comedy, apa aja dah campur-campur^^ muehehehe

Author:

Siti Azhara

Disclaimer:

ini cerita no co-pas dan no bashing. so, enjoy aja =D maaf kalo agak gak nyambung atau kurang menarik, comment aja. Author masih banyak banget kekurangan buat bikin ff. contohnya typo:p semua murni hasil muter otaknya author^^v jangan lupa kritik dan saran =))
Hope You Like It =)

~HAPPY READING~



“hari ini kita test bab yang sudah kita pelajari sebelumnya ya.” 

Serentak kelas menjadi agak kisruh karena test dadakan hari ini. Begitupun Marc. 

“aduh,gimana nih?ah,gue pasti gak bisa jawab kalo belum belajar gini.” Gumam Marc pelan.

“marc, it’s all about mindset. Kamu harus punya mindset yang positif supaya hasilnya juga positif. Kamu pasti bisa.” Aline berusaha meyakinkan Marc.

“tapi aku belum belajar sama sekali loh.” Marc masih ragu akan kemampuannya.

“kita udah pernah bahas materinya kok. Anggap lah ini race penentu kemenanganmu. Ingat!!MINDSET!!” ujar Aline terus memberi semangat.

Test pun dimulai. 5 soal uraian yang memang terbilang sulit. Mr.Santo adalah dosen yang terkenal selalu ketiduran saat mengawas test.

“nah loh,udah tidur aja dia. Nyontek gak ya. Percuma,nanya sama aline juga gak bakalan nengok dia mah.” Tiba-tiba Aline menoleh ke arah Marc.

“marc bisa kan?marc pasti bisa dong?” Tanya Aline tersenyum manis. Marc tidak bisa berkata-kata karena melihat senyuman Aline. 

“i…iyaa..aku bisa kok al.” jawab Marc lirih tidak yakin.




            Marc menundukkan kepala seraya berdo’a. “ya tuhan,bantu lah aku.” Dari 5 soal uraian, belum satu pun yang dijawab Marc.


            “marc,marc.” Panggil Aline pelan.


            “aline, kenapa?” Tanya Marc.


            “ini, jawaban nomer 2 dan 4. Aku tau ini sulit. Tapi,sisanya kau kerjakan sendiri ya.” Aline memberikan secarik kertas kepada Marc.


Marc tidak menyangka kalau Aline akan memberikan jawaban. “ini gak kayak biasanya. Aline benar-benar baik ya.” Ujar Marc dalam hati. 

“makasih alcan.” Aline hanya tersenyum kecil dan kembali mengerjakan soal.

             
*RRIIINNNNNGGGGGG…..*



Bel berbunyi dan Marc panik. Baru dua soal yang dikerjakan itu pun jawaban dari Aline. 

“alcan,aku banyak yang belum nih aku liat dong.” Marc memohon pada Aline dengan wajah memelas.

“hah,itu kan urusan mu,bukan urusan ku.” Aline langsung mengumpulkan lembar jawaban ke meja dosen.

“huh,kadang-kadang dia menyebalkan sekali.yaudahlah ya kumpulin aja. Udah mentok gak bisa mikir lagi ini.” Marc maju ke depan dan mengumpulkan lembar jawaban.

            

 “bagaimana marc, sukses gak test nya?” Tanya Pol Espargaro.

 “sukses apanya? Kacau banget. Cuman 2 soal doang yang di isi.” Jawab Marc kesal. 

“dan jangan bilang itu jawabannya aline?” Tanya Pol kembali meledek sambil menahan tawa. 

“ah sial,udah deh gak usah di bahas. Lu sendiri juga ngebet kan?” Tanya Marc sambil membalas ejekan Pol. 

“iya yang penting ke jawab lah ya.” Jawab Pol enteng. Marc pergi dan menghampiri Aline.

             

“alcan, sinis banget. Aku kan Cuma nanya. Kamu malah kabur ke depan duluan.” Ujar Marc

            

 “ya terus? Kamu nanya jawabankan? Jawab sendiri lah.” Jawab Aline enteng.

             
 “ya ampun aline,aku pacar kamu tau.”

            

 “BUKAN URUSAN AKU!! Jangan bawa-bawa pacaran sama kuliah ya. BEDAIN!”

Marc terdiam. 

“iya aline maaf deh ya.” Marc langsung pergi meninggalkan Aline. 

“nah kan. Ngambek lagi tuh pasti. Biarin lah nanti juga membaik.” Ujar Aline dalam benaknya. Marc berjalan menuju taman di sebelah kampus nya.



            *KKRRRRIIIINNNNGGGGGG……*



            Handphone Marc berdering. “doh, siapa ini gak ada namanya di kontak.” Marc membiarkan handphone nya terus bergetar. Kemudian Marc duduk di bangku putih tepat di pinggir taman. 

*KKRRRRIIIINNNNGGGGG…..* 

karena kesal, Marc terpaksa menerima panggilan yang tidak dikenal nya itu.

             
“hola,hola! Ini siapa?”

             
“segitu lupa nya. Sampai-sampai teman satu team saja lupa.”

             
*tiba-tiba hening* “ohhhhhh,daniiiiii…..oalaahhh…¿Cómo estás?”

                  
“bien,gracias. Y usted?”

                
 “bien. Daniiii….pengen  banget cerita sama lu tau gak.”

                
 “iya sabar. Tenang aja sih. Bulan depan kan kita ketemu.”

                
 “iya,iya tumben nelfon? Kenapa?”

                
 “gak apa-apa. Nge-test aja. Ini nomer baru gue. Dan ternyata lu belum ganti nomer. Yaudah ya marc. Gue ada janji.” 

 *tuuuuuutttttuuuuuttttuuuuttttt*



Tiba-tiba telfon terputus. “gak salah lagi. Dia bukannya ada janji. Tapi, pulsa nya abis tuh.” Jawab Marc kesal. Marc kembali berjalan menuju kelas. Kali ini ia ingin minta maaf karena sikap nya tadi pada Aline. Suasana kelas sangat sepi. Terlihat Aline sedang duduk di kursi dan Marc berusaha mendekat.

“aline,aku minta maaf ya. Aku tau aku salah karena aku gak mau usaha buat ngisi jawaban tadi.” Marc merasa sangat menyesal karena langsung meninggalkan Aline begitu saja. 

“iya marc. Aku senang sikap mu sangat dewasa.” Jawab Aline menatap Marc.

                “sikap ku sangat dewasa? Bukannya kau selalu bilang sikap ku masih keanak-anakan?” Tanya marc heran. 

“kau sudah sedikit berubah. Untuk mengakui kesalahan mu, kurasa itu sikap yang cukup dewasa. Karena gak banyak orang yang mau ngakuin kesalahannya.” Jawab Aline tersenyum. Marc langsung menggenggam tangan Aline. 

“aku tau. Kalo kamu cinta sama aku.” Ujar Marc senang. 

“ye? Tau dari mana? Sok banget tau sih.” Jawab Aline bercanda. 

“oh, gitu? Oke. Jadi kamu gak cinta sama aku?” Tanya Marc sambil buang muka. 

“ahahaha, ngga Marc. Aku bercanda doang. Aku cinta banget sama kamu. Kalo aku gak cinta sama kamu, kita gak akan kayak gini.” Jawab Aline tertawa geli. Marc langsung memeluk Aline.



                Tiba-tiba ada seseorang yang masuk dan “ekheemm.” Jorge sudah berada di depan pintu kelas. 

“ngapain lu disini?” Tanya Marc menghampiri Jorge.

 “oke, maaf gue ganggu kalian pacaran disini.” Jawab Jorge 

“maksud lu apa?” Tanya Marc sinis. 

“ehm, gue cuma pengen tau kelas nya doni. Gue kira kelasnya itu disini.” Jawab Jorge menatap ke arah Aline. 

“ngapain lu ngeliatin cewe gue? Kelas nya doni bukan disini. Ini kelas akutansi 1. Doni itu anak tehnik mesin. Lagi pula dia itu di gedung sebelah.” Jawab Marc emosi. 

“oh gitu. Ya udahlah ya.” Jorge langsung meninggalkan Marc. 

“gak jelas banget itu orang.” Ujar Aline terpancing emosi. Marc hanya diam. Di benaknya bertanya-tanya.

“ada yang gak beres sama Jorge. Gak jelas banget. Dateng-dateng kesini nanya kelasnya doni. Padahal dia kan teman dekatnya. Gak mungkin kalo dia gak tau. Atau jangan-jangan…” 

pikirannya terputus setelah mendapat tepukan dari tangan Aline. “marc,kok bengong?” Tanya Aline memecah suasana sunyi di dalam ruangan.


                “ehm, gak kok. Aku tiba-tiba kepikiran race bulan depan.” Jawab Marc gelagapan.


                “oh gitu, santai aja. Ada yang mau aku omongin sebenarnya.” Ujar Aline terlihat begitu serius. 


                “a…apa???” Tanya Marc gugup (“wajah aline gak pernah seserius ini sebelumnya.”) benak Marc.


                “kemungkinan kalo kamu lanjutin race bulan depan dan seterusnya, berarti kamu gak akan lanjutin studi kamu di Indonesia kan?”


                “mungkin. Aku juga masih bingung. Ada apa?”


                “a..ak..akuuu..akuu…” Aline terbata-bata.


                “ada apa?” Tanya Marc yang semakin penasaran.


                “aku akan ikut bersamamu.” Jawab Aline sambil menundukkan kepalanya.


                “are you serious? Kamu ikut aku ke Spanyol? Terus gimana sama studi kamu disini?” Marc yang heran langsung melemparkan beberapa pertanyaan untuk Aline.


                “kamu tau kan. Kak alma,paman vale, dan bibi pat masih stay di spanyol. Nah, aku di suruh bibi pat untuk balik ke spanyol lagi. Dan kemungkinan aku bakal lanjutin studi aku disana aja.” Jawab Aline menatap tajam ke arah mata Marc.


                “so, kalo aku berangkat bulan depan,kamu juga ikut berangkat bareng aku?”


                “mungkin iya. Tapi aku harus dengar kabar dari paman vale dulu.”


“yeesssss……yeeeesssss…..yeeeesssssss………..” Marc lompat-lompat kegirangan dan Aline tersenyum senang.


~~~~~~~~~~



Madrid.


                Siang yang cukup terik. Gadis dengan mini dress warna shock pink dan high heels putihnya ini sedang berjalan mengintari kota. “jangan bilang dia lupa sama janjinya lagi.” Alma menggerutu karena sedang menunggu seseorang. Kemudian ia segera mencari tempat untuk duduk dan berteduh. “kau dimana?” Tanya Alma dalam benaknya karena orang yang di tunggu tidak kunjung datang. Alma berusaha menelfon, tapi tidak di angkat. 

“hai.” Panggil seseorang yang menepuk pundaknya. 

“ka…ka…kamuu??” Alma kaget dan langsung berdiri saat membalikkan badannya ke balik kursi yang ia duduki. 

“iya. Kita udah lama gak ketemu kan? Kira-kira udah berapa lama ya?” Tanya Alvaro yang langsung duduk disebelah Alma. 

Alvaro sudah lama tidak bertemu dengan Alma. Sejak mereka putus, Alma sudah tidak pernah lagi berhubungan atau bahkan berkomunikasi dengan nya. 

“sedang menunggu seseorang? Siapa? Sepertinya dari tadi kau sendirian saja?” Tanya Alvaro yang menatap dengan mata biru nya.


                “uhm,i..iya..iya… menuggu…yaa…menunggu.” Jawab Alma terbata-bata karena canggung. 

Kemudian datang lah seseorang yang sudah dari tadi Alma tunggu. Alma langsung berdiri dan menghampiri nya. 

“heh,bagus ya! Kau suruh aku menunggu 2 jam disini. Kau pikir mudah menunggu 2 jam dengan keadaan terik seperti ini?” Omelan Alma yang kesal karena lagi-lagi Dani tidak menepati janjinya. 

“ayo masuk mobil dan aku akan jelasin semuanya.” Dani menggandeng tangan Alma dan menjauh dari Alvaro. 

“gue di tinggal sendiri gitu? Tega nya.” Ujar Alvaro sendirian. Kemudian ia pergi.



                Dani membukakan pintu mobilnya dan Alma langsung masuk. Sekarang Alma dan Dani sudah berada di dalam mobil. 

“alma,aku minta maaf banget. Tadi itu tiba-tiba aku di telfon sama manager aku dan ternyata aku harus ikut turun tangan dalam pemilihan mesin untuk race bulan depan.” Dani berusaha menjelaskan semua kejadian. 

“oke, orang sibuk. Aku kasih tau ya, lain kali kalo misalkan gak bisa bilang ya. Kalo gak bisa dateng tepat waktu bilang. Handphone mu aja gak aktif.” Ujar Alma ketus. 

“iya aku tau, tadinya aku udah mau kasih tau kamu. Tapi ternyata handphone ku lowbat. Ini kalo kamu gak percaya.” Menunjukkan handphone nya. 

“intinya kalo gak bisa buktiin, gak perlu bikin janji! Kamu gak tau kan? Aku mati-matian supaya dapet izin keluar dari paman vale dan bibi pat.” jawab Alma kesal. 

“kau masih kesal? Iya,aku minta maaf banget. Aku gak akan ngulangin kejadian yang sama kayak gini.” Alma hanya mengangguk mendengar ucapan Dani tadi. Dani langsung mengendarai mobilnya menuju restaurant kesukaan Alma. Keadaan jalanan yang macet membuat Dani dan Alma harus menunggu di mobil dengan sabar.


                “hey,kamu masih marah?” Tanya Dani pelan.


                “aku Cuma masih kesel aja. Kita udah bersahabat lama dan aku tau banget sama sikap kamu. Dulu kamu gak pernah setelat ini kalo kita mau kemana-mana. Dulu kamu selalu tepat waktu.” Jawab Alma lirih.


                “iya, dulu sama sekarang itu beda kan. Dulu karna kita masih anak-anak. Jadi, kemana-mana pun masih gampang. Kalo sekarang? Aku sibuk sama race dan kamu juga sibuk sama dunia entertain.” 

Percakapan Dani dan Alma akhirnya memecah suasana hening di mobil. Akhirnya Dani dan Alma kembali ngobrol seperti biasa.

To be continue......